Rabu, 15 Juli 2009

KONSELING REALITAS, by : Mr. Nawan

. KONSELING REALITAS
Hakekat Manusia
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dasar dan dalam kehidupannya mereka berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan bertahan hidup (survival), mencintai dan dicintai (love and belonging), kekuasaan atau prestasi (power or achievement), kebebasan atau kemerdekaan (freedom or independence), dan kesenangan (fun) (Corey, 2005). Glesser (2000) meyakini bahwa di antara kebutuhan dasar tersebut kebutuhan mencintai dan dicintai merupakan yang utama dan paling sukar pemenuhannya.
Keberhasilan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan memberikan identitas berhasil pada dirinya, sedangkan kegagalan akan pemenuhan kebutuhan dasar menyebabkan individu mengembangkan identitas gagal (Rasjidan, 1994). Individu yang memiliki identitas berhasil akan menjalankan kehidupannya sesuai dengan prinsip 3 R, yaitu right, responsibility, dan reality (Ramli, 1994). Right merupakan nilai atau norma patokan sebagai pembanding untuk menentukan apakah suatu perilaku benar atau salah. Responsibility merupakan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Reality merupakan kesediaan individu untuk menerima konsekuensi logis dan alamiah dari suatu perilaku.
Individu, dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara langsung. Individu berusaha melakukan sesuatu yang dapat membuat mereka merasa nyaman. Hal ini yang disebut “kehidupan yang berkualitas” (quality world). Dunia yang berkualitas merupakan “surga pribadi” yang diharapkan setiap individu. Kehidupan yang berkualitas didasarkan atas kebutuhan dasar, tetapi dunia yang berkualitas berbeda dengan kebutuhan. Dunia yang berkualitas bersifat umum, sedangkan dunia yang berkualitas bersifat khusus. Agar individu dapat memperoleh dunia yang berkualitas dengan baik maka individu harus berhubugan dengan orang lain; yakni orang-orang yang dekat dengan kita dan nyaman bila didekatnya.



B. Teori Pilihan
Setiap keseluruhan perilaku merupakan usaha yang terbaik dari individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Keseluruhan perilaku dibangun atas empat komponen yang tidak terpisahkan—bertindak, berpikir, merasa, dan fisiologis—yang menyertai semua tindakan, pikiran, dan perasaan individu. Perilaku itu bertujuan karena selalu diarahkan untuk menutupi kesenjangan antara apa yang diinginkan dan yang diperoleh. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perilaku muncul dari dalam diri, dan dengan cara demikian individu menentukan takdirnya.

C. Karakteristik Konseling Realitas
1. Menekankan Pilihan dan Tanggung Jawab
2. Menolak Transferensi
3. Berfokus pada Masa Sekarang

D. Proses Konseling
1. Tujuan Konseling
Tujuan utama pendekatan konseling ini untuk membantu menghubungkan (connect) atau menghubungkan ulang (reconnected) klien dengan orang lain yang mereka pilih untuk mendasari kualitas hidupnya. Di samping itu, konseling realitas juga bertujuan untuk membantu klien belajar memenuhi kebutuhannya dengan cara yang lebih baik, yang meliputi kebutuhan mencintai dan dicintai, kekuasaan atau berprestasi, kebebasan atau independensi, serta kebutuhan untuk senang. Sehingga mereka mampu mengembangkan identitas berhasil (success identity)
2. Peranan Konselor
Peranan konseling dalam konseling realitas adalah:
a. Mengembangkan kondisi fasilitatif dalam konseling dan hubungan baik dengan klien
b. Mengajarkan klien untuk mengevaluasi perilakunya, misalnya dengan bertanya, “Apakah perilaku Anda (atau nama) saat ini membantu Anda untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan Anda?
c. Menyampaikan dan meyakinkan kepada klien bahwa seburuk apapun suatu kondisi masih ada harapan
3. Pengalaman Klien
a. Klien memusatkan pada perilaku
b. Klien mengevaluasi perilakunya sendiri
c. Klien membuat pilihan
4. Hubungan Klien dan Konselor
Konseling realitas didasarkan pada hubungan pribadi dan keterlibatan antara konselor dengan klien. Oleh karena itu konselor harus menunjukkan kualitas pribadinya, yang meliputi kehangatan, pemahaman atau empati, kongruen, pemahaman, terbuka, penghargaan terhadap klien,.

E. Prosedur Konseling
Dalam menerapkan prosedur konseling realitas, Wubbolding (dalam Corey, 2005) mengembangkan sistem WDEP. Setiap huruf dari WDEP mengacu pada kumpulan strategi: W = wants and needs (keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan), D = direction and doing (arah dan tindakan), E = self evaluation (evaluasi diri), dan P = planning (perencanaan). Di samping itu, perlu untuk diingat bahwa dalam konseling realitas harus terlebih dulu diawali dengan pengembangan keterlibatan. Oleh karenanya sebelum melaksanakan tahapan dari sistem WDEP harus didahului dengan tahapan keterlibatan (involvement) (Rasjidan, 1994). Berikut ini bahasan mengenai konseling realitas secara lebih mendetail.
1. Pengembangan Keterlibatan
Dalam tahap ini konselor mengembangkan kondisi fasilitatif konseling, sehingga klien terlibat dan mengungkapkan apa yang dirasakannya dalam proses konseling.
2. Eksplorasi Keinginan, Kebutuhan dan Persepsi (wants and needs)
Dalam tahap eksplorasi keinginan, kebutuhan dan persepsi konselor berusaha mengungkapkan semua kebutuhan dan kebutuhan klien beserta persepsi klien terhadap kebutuhannya. Eksplorasi kebutuhan dan keinginan dilakukan terhadap kebutuhan dan keinginan dalam segala bidang, meliputi kebutuhan dan keinginan terhadap keluarga, orang tua, guru, teman-teman sebaya, sekolah, guru, kepala sekolah, dan lain-lain. Konselor, ketika mendengarkan kebutuhan dan keinginan klien, bersifat menerima dan tidak mengkritik. Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk panduan mengeksplorasi kebutuhan dan keinginan klien.
a. Kepribadian seperti apa yang kamu inginkan?
b. Jika kebutuhanmu dan keluargamu sesuai, maka kamu ingin keluargamu seperti apa?
c. Apa yang kamu lakukan seandainya kamu dapat hidup sebagaimana yang kamu inginkan?
d. Apakah kamu benar-benar ingin mengubah hidupmu?
e. Apa keinginan yang belum kamu penuhi dalam kehidupan ini?
3. Eksplorasi Arah dan Tindakan (direction and doing)
Eksplorasi tahap ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang telah dilakukan klien guna mencapai kebutuhannya. Tindakan yang dilakukan oleh klien yang dieksplorasi berkaitan dengan masa sekarang. Tindakan atau perilaku masa lalu juga boleh dieksplorasi asalkan berkaitan dengan tindakan masa sekarang dan membantu individu membuat perencanaan yang lebih baik di masa mendatang. Dalam melakukan eksplorasi arah dan tindakan, konselor berperan sebagai cermin bagi klien.
Tahap ini difokuskan untuk mendapatkan esadaran akan total perilaku klien. Membicarakan perasaan klien bisa dilakukan asalkan dikaitkan dengan tindakan yang dilakukan oleh klien. Beberapa bentuk pertanyaan yang dapat digunakan dalam tahap ini: “Apa yang kamu lakukan?”, “Apa yang membuatmu berhenti untuk melakukan yang kamu inginkan?”, Apa yang akan kamu lakukan besok?”
4. Evaluasi Diri (self evaluation)
Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukan konselor dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya: keefektifan dalam memenuhi kebutuhan. Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk memandu tahapan ini:
- Apakah yang kamu lakukan menyakiti atau membantumu memenuhi kebutuhan?
- Apakah yang kamu lakukan sekarang seperti yang ingin kamu lakukan?
- Apa perilakumu sekarang bermanfaat bagi kamu?
- Apakah ada kesesuaian antara yang kamu lakukan dengan yang kamu inginkan?
- Apakah yang kamu lakukan melanggar aturan?
- Apakah yang kamu inginkan dapat dicapai atau realistik?
- Apakah kamu menguji keinginanmu; appakah keinginanmu benar-benar keinginan terbaikmu dan orang lain?
Setelah proses evaluasi diri ini diharapkan klien dapat malakukan evaluasi diri bagi dirinya secara mandiri.
5. Rencana dan Tindakan (planning)
Ini adalah tahap terakhir dalam konseling realitas. Di tahap ini konselor bersama klien membuat rencana tindakan guna membantu klien memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Perencanaan yang baik harus memenuhi prinsip SAMIC3, yaitu:
- Sederhana (simple)
- Dapat dicapai (attainable)
- Dapat diukur (measureable)
- Segera dilakukan (immediate)
- Keterlibatan klien (involeved)
- Dikontrol oleh pembuat perencanaan atau klien (controlled by planner)
- Komitmen (commited)
- Secara terus-menerus dilakukan (continuously done)
Ciri-ciri rencana yang bis dilaksanakan klien:
- Rencana itu didasari motivasi dan kemampuan klien
- Rencana yang baik sederhana dan mudah dipahami
- Rencana berisi runtutan tindakan yang positif
- Konselor mendorong klien untuk melaksanakan rencana secara independen
- Rencana yang efektif dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari dan berulang-ulang
- Rencana merupakan tindakan yang berpusat pada proses, bukan hasil
- Sebelum rencana dilaksanakan, dievaluasi terlebih dahulu apakah realistis dan dapat dilaksanakan
- Agar klien berkomitmen terhadap rencana, rencana dibuat tertulis dan klien bertanda tangan di dalamnya


Daftar Pustaka
Corey, G. 2005. Theory and Practice Counseling and Psychotherapy. Belmont: Brooks/Cole-Thomson Learning.
Ramli, M. 1994. Selayang Pandang Pendekatan Konseling Realitas. Bina Bimbingan. Th. 9, No. 1. Hal. 8-12.
Rosjidan (Ed.). 1994. Pendekatan-Pendekatan Modern dalam Konseling. Malang: Jurusan PPB FIP IKIP MALANG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar